Tanpa subsidi dari pemerintah untuk bahan bakar solar dan Pertalite, harga saat ini bisa melambung tinggi akibat kenaikan harga minyak mentah.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, harga keekonomian solar atau biodiesel saat ini mencapai Rp. 18.150 per liter, sedangkan Pertalite Rp. 17.200 liter.
Artinya, untuk setiap liter solar yang dibeli masyarakat, pemerintah membayar subsidi sebesar Rp. 13.000, sedangkan untuk Pertalite Rp. 9.550.
Untuk Pertamax sendiri, kata Nicke, harga Pertamina masih Rp 12.500 per liter. Sedangkan untuk tipe RON 92, kompetitor mematok harga sekitar Rp. 17.000 dengan harga ekonomi pasar Rp. 17.950.
ANTARA FOTO/ARDIANSYAH Petugas melakukan pengisian BBM di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022). Pertamina Patra Niaga Wilayah Sumbagsel mengerahkan 384 armada tanker, 27 anjungan anjungan dan 174 skid tank untuk LPG serta 16 SPBU saku dan 15 pusat layanan motor di jalur pulang serta 11 SPBU Siaga Tol Trans-Sumatera dan empat Modular SPBU di sepanjang jalan. Jalan Tol Bakauheni-Palembang.
“Kami masih berpegang pada harga 12.500, karena kami juga memahami bahwa jika kami menaikkan Pertamax setinggi ini, maka transisi ke Pertalite akan terjadi, dan tentu saja akan menambah beban negara, ” kata Nicke . , dalam keterangan resminya, Jumat (8/7/2022). ).
Nicke melanjutkan, kenaikan harga minyak yang sangat tinggi berdampak pada krisis energi di beberapa negara. Pertamina berusaha membuat perencanaan yang akurat dengan menyeimbangkan aspek ketahanan energi nasional dan kondisi perusahaan.
Nicke menjelaskan, pihaknya tidak hanya menjaga pasokan secara nasional, tetapi masing-masing provinsi ke SPBU, karena stok yang dibutuhkan berbeda untuk jenis produk.
“Jumlahnya tidak kita umumkan untuk semua daerah, tapi sesuaikan saja, karena ada daerah yang solar tinggi, ada Pertalite tinggi, ada juga Pertamax. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi gas. stasiun, ” katanya.
Tingginya mobilitas warga pascapandemi turut mendorong tren peningkatan penjualan BBM. Jika diteruskan, diperkirakan Solar dan Pertalite akan melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah.
Nicke menjelaskan, pihaknya berusaha agar kuota tidak habis. Untuk itu dilakukan langkah-langkah agar penyerapan tepat sasaran, mengingat dari data Kementerian Keuangan, 40 persen masyarakat miskin dan lansia hanya menggunakan 20 persen BBM, sedangkan 60 persen teratas menggunakan 80 persen. BBM bersubsidi.
“Pertamina harus memastikan BBM bersubsidi digunakan oleh segmen masyarakat yang memenuhi syarat dan kendaraan yang sesuai regulasi,” ujarnya.